• 082187095530
  • museumnekara7@gmail.com

Upacara Adat Selayar (Adat Perkawinan Selayar)

Upacara adat di Selayar ada beberapa macam mulai dari A’dodo uhu’ (aqikah), Akattang/Sunnat (Khitanan), A’runrung baju (Cara berpakaian) dan A’bonting (pernikahan). Yang akan dibahas disin adalah upacara pernikahan.

Upacara Adat Selayar

(Adat Perkawinan Selayar)

 

Upacara adat di Selayar ada beberapa macam mulai dari A’dodo uhu’ (aqikah), Akattang/Sunnat (Khitanan), A’runrung baju (Cara berpakaian) dan A’bonting (pernikahan). Yang akan dibahas disin adalah upacara pernikahan.

a     Akrahasia (Tahap Penyelididkan)

Akrahasia (Tahap penyelidikan), adalah tahap awal yang dilakukan oleh orang tua laki-laki dengan mengutus laki-laki atau perempuan yang masih kerabat dekat kepada keluarga dekat perempuan yang akan dipinang. Tujuannya adalah untuk mengetahu informasi tentang  gadis yang akan dipinangnya, apakah sudah punya tunangan atau belam. Dan menjajaki pula  kemungngkinan diterima atau ditolak pinangannya.

        Assuro/Meminang

1.   Abbisik :

Proses peminangan yang masiih bersifat rahasia, dengan mengutus pasangan suami istri secara tidak resmi menghubungi orang tua perempuan/gadis. Pada tahap ini utusan orang tua perempuan belum memberi jawaban karena akan melakukan konsultasi dulu dengan anggota keluarga yang lain. Baik keluarga dari ibu maupun dari bapak perempuan/gadis tersebut.

2.   Appanassa bisik/Persetujuan Lamaran

Yaitu penetapan/persetrujuan bahwa lamaran pihak laki-laki telah diterima oleh seluruh anggota keluarga dalam suatu acara penerimaan secara resmi. Pada tahap ini biasanya utusan/delegasi dari pihak laki laki teridir dari dua orang perempuan dan dua orang laki-laki berpakaian adat, empat orang perempuan memakai salendang (sarung dua susun) dan satu orang perempuan membawa salunsung (Kampu bersusun lima yang berisi daun sirih, pinang, gambir, kapur dan dibungkus dengan kain putih.

3.   Appanaik Mama (Mengantar sirih/Pinang)

a.   Mama appa

Pada tahap ini pihak laki laki menyerahkan cincin pengikat sebangai lambing pertunagan yang disertai dengan sebilah pisau sebagai pembuka jalan, dan emas suku-suku sebagai pakjaruman ( tanda resminya lamaran). Pada tahap ini delegasi dari pihak laki-laki terdiri dari delapan orang laki-laki dan delapan orang perempuan berpakaian adat, satu orang juru bicara, empat orang perempuan memakai salendang dan satu orang perempuan membawa salunsung, empat orang perempuan membawa sirih, pinang, gambir, tembakau, dan kapur, masing masing dalam kampu sehingga disebut mama appak. Biasanya pada tahap ini juga diiringi dengan hantaran kue seperti dodol,wajik,cucuru dan sebagainya.

b.   Mama Karua

Pada tahap ini pihak laki-laki kemudian mengutus Kembali delegasinya untuk menentukan uanga panaik, mahar,antok nikka dan penentuan hari pernikahan termasuk hantarannya. Dulu, di selayar mahar ditentukan berdasarkan strata social yaitu: untuk golongan bangsawan/pejabat pemerintahan maharnya 10 kati, 1 kati sam dengan 10 gram emas, jadi 10 kati sama dengan 100 gram emas. Untuk golongan bangsawan, bukan pejabat pemerintahan maharnya 88 real, golongan Daeng maharnya 44 real, golongan tu samara (orang biasa) maharnya 20 real, dan untuk golongan ata maharnya ditentukan oleh pejabat pemerintah. Untuk pejabat pemerintahan maharnya di alas dengan satu pis kain kaci untuk dibaikan kepada hamba sahaya. Khusus untuk antok nikka mungkin hanya di selayar yang ada. Antok nikka ini adalah bentuk penghargaan/penghormatan dari pihak laki laki kepada orang tua perempuan yang telah melahirkan dan membesarkan anaknya dengan penuh kasih sayang. Makanya Antok nikka haus ada disetiap acara pernikahan.

Jumlah delegasi pada mama karua/pinangan tahap kedua ini terdiri dari enambelas orang laki-laki dan perempuan berpakaian adat, satu orang juru bicara, delapan orang perempuan memakai saledang (Dua lapis sarung), satu orang membawa salunsung, dan delapan orang perempuan membawa dua kampu berisi siri,dua kampu berisi gambir, dua kampu berisi pinang, dua kampu berisi tembakau, dan dua kampu berisi kapur (mama karua)

c.    Akbonting (Pelaksanaan Pernikahan)

Sebeluam acara pernikahan biasanya pihak perempuan melakukan perawatan khusus yang disebut akrumung (mandi uap). Mandi uap delakukan dengan meletakkan sebuar panci yang berisi air panas dan ramuan dari berbagai macam rempah dan bunga. Tujuannya adalahagar calon pengantin perempuannya badannya segar dan harum Ketika acara pernikahan berlangsung.

1.   Appanik Balanja

Mengantar uang belanja dari pihak laki-laki kerumah pihak perempuan. Biasanya dilaksankan dua minggu atau satu minggu menjelang pernikahan. Selaian uang biasanya pihak laki-laki juga membawa bera dan kerbau sesuai yang disepakati kedua belah pihak. Jumlah delegasi biasanya terdiri dari empat orang laki-laki dan empat orang perempuan berpakaian adat, empat orang perempuan memakai salendang (sarung berlapis dua), satu orang juru  icara dan satu orang membawa uang.

2.   Pasa’ra Ganrang

Acara pembunyian gendang biasanya dilaksanakan pada malam hari sebelum hari pernikahan dihari oleh keluarga dekat dan pemangku adat. Adapun kelengkapannya yaiitu 4 liter beras, I butir kelapa bertunas, I buah gula merah, kaci 2 meter dan uang sesuai keikhlasan. Biasanya bunyi gendang ini juga berbeda sesuai dengan status sosialnya. Bunyi gendang seperti ini biasa disebut tunrung bilang, karena dihitung sesuai dengan strata social mulai dari 9, 7,5,3 dan seterusnya.

3.   Attaraluk

Attaraluk berasal dari kata Alluk yang artinya berputar atau berkeliling. Attaraluk adalah suatu prosesi adat yang dilaksanakan dengan memindahkan alat ritual  dengan cara berkeliling yang diiringi dengan doa-doa untuk  keselamatan dan kesejahteraan calon pengantin. Peralatan ritual terdiri dari buah-buahan,  biji-bijian . berbagai macam rempah dan wangi-wangian. Tujuannya adalah agar calon pengantin nantinya mendapatkan kesejahteraaan aman dan tentram dalam mengarungi bahtera rumah tangganya.

4.   A’nikka/Akad nikah

Akad nikah merupakan acara inti dari semua prosesi yang dilaksanakan olek kedua belah pihak baik laki-laki maupun perempuan.Pada tahap ini masih ada beberapa prosesi adat yang dilaksanakan sebelum akad nikah. Antara lain anronrong (Membangunkan mempelai perempuan, dengan membawakan seperangkat pakaian lengkap. Kemudian keluarga laki-laki juga mendatangi pengantin perempuan untuk meminta kesiapan/kerelaan/keikhlasan untuk dinikahkan dengan laki-laki tersebut. Setelah itu baru akad nikah dilaksanakan. SEtelah akad nika selesai maka pengantin laki-laki diantar menemui pengantin perempuan untuk menyampaikan sentuhan pertama yang disertai  dengen pemasangan  cincin kepada pengantin perempuan.

5.   Appabajik

Adalah suatu prosesi adat dimana pasangan pengantin duduk bersanding di tempat tidurnya dikamar, dan disuapi dengan kue tradisional oleh orang tua  laki-laki dan perempuan. Selanjutnya keluarga lainnya sampai Sembilan pasang. Setelah acara ini pengantin laki-laki dan perempuan boleh tidur Bersama.

6.   Anrio Bonting

Pengantin perempuan duduk berdampingan masing-masing diatas empat buah kelapa yang diikat jadi satu. Kedua penagntin diikat dengan benag yanga sudah dipintal. Kemudian ada Sembilan perempuansecara bergilir memecahkan kelapa diatas kedua pengantin dengan menggunakan batu penumbuk rempak.Kemudian kelapa dibuang keatas, dan kelapa yang menengadah keatas diparut dan santannya dibilaskan ke kepala kedua pengantin. Kemudian seorang dari Sembilan perempuan itu memandikan kedua pengantin. Semua yang hadir dalam acara anrio bontong ini ikut meramaikan acara dengan saling menyiram (Anrio-rio)

7.   A’matoang/Mengunjungi mertua

Akmatoang/mengunjunggi mertua yaitu mengantar pengantin perempua kerumah pengantin laki-laki. Biasanya dilaksanakan sehari atau beberapa hari setelah pesta pernikahan. Biasanya pada acara ini pengantin perempuan juga membawa hantaran berupa sarung kepada mertuanya dan keluarganya sesuai keihlasannya.

 

Selain acara perkawinan dengan peminangan diatas masih ada bentuk perkawinan lain yaitu: Silariang, Rilariang, Ngerangkalei, A’borak ada, A’bora asisala ada’.

1.   Silariang: Laki -laki dan perempuang sepakat menuju penghulu dan minta dinikahkan

2.   Rilariang: Laki-laki membawa paksa perempuan ke rumah penghulu uantuk dinikahkan

3.   Ngerangkalei: Perempuan kerumah penghulu dan meminta kepada penghulu untuk dinikahkan dengan laki-laki yang diinginkan oleh perempuan.

4.   A’bora ada’ :Laki laki dengan sengaja datang kerumah perempuan dengan membawa keris yang diikat dengan sapu tangan. Keris tersebut langsung diletakkan didepan ayahnya perempuan sambal mengucapkan “Kalau saya dibunuh maka anda akan rugi”. Apabila bapaknya tidak ada maka laki-laki tersbut langsung menyimpan keris diatas bantal sambal mengucapkan:
“ Selekku sele la bora (Kerisku keris berani)

“Bassiku bassi lammari (Senjataku akan tinggal)

“Tali Hannangku (Ikat pinggangku)

“Sapatta lamuliang (Pantang Kembali)

Setelah gadis mendengarkan pantun itu maka gadis tersebut akan menjerit ketakutan sambal berteriak “tu borak,tu bora. Tetangga dan keluarga akan berdatangan. Namun sebelum a’bora maka laki-laki terlebih dulu menyampaikan kepada pemerintah.

Aborasisala ada’: Prosesnya sama tapi sebelum melakukan kegiatan a’bora laki-laki tidak menyampaikan kepada pemerintah tetapi sudah disampaikan kepada keluarga si lelaki yang rela mati Bersama dia. Laki-laki mendatangi rumah perempuan dan merangkulnya. Maka perempuan akan berteriak sehingga keluarganya akan datang. Laki-laki tidak akan melepaskan pelukannya sampai pemerintah akan datang biar mati sekalipun. Akbora semacam ini pihak laki-laki harus memenuhi semua permintan keluarga pihak sigadis turipakasirik (Orang yang dipermalukan). 

You need to Login OR Register for comment.

Komentar (0)